CHARLOTTETOWN, KANADA (Berita SuaraMedia) – Kaum Muslim yang menggunakan sebuah ruang bawah tanah di tengah kota Charlottetown sebagai Masjid merasa kecewa ketika seorang dokter setempat mengatakan bahwa tempat itu tidak cukup bagus.
Dokter Sefau mengatakan minggu lalu bahwa ia dan sekelompok warga Muslim telah meminta kepada pemerintah untuk membantu membangun sebuah Masjid "resmi" bagi umat Islam di P.E.I (Prince Edward Island – pulau Pangeran Edward).
Sohail Hashmi telah menawarkan ruang bawah tanah di Queen Street untuk melakukan sholat lima waktu selama lima tahun terakhir ini. Sekitar 80 orang menggunakan Masjid itu secara reguler.
"Jika anda mengenang masa Nabi Muhammad, Masjid yang sebenarnya kala itu hanyalah bangunan dengan dinding yang terbuat dari lumpur dan beratapkan ranting-ranting pohon," ujar Hashmi.
Dr. Suleiman Hashmi mengatakan bahwa populasi Muslim di P.E.I hanya sekitar 250 orang dan tidak cukup banyak untuk membutuhkan tempat yang lebih besar. Ia mengatakan bahwa kaum Muslim yang menggunakan Masjidnya merasa terganggu dengan pernyataan Sefau.
"Mereka benar-benar kecewa dengan pernyataan Sefau bahwa tidak ada Masjid di P.E.I, Kita harus membangun sebuah Masjid nomor satu, Kita tidak punya Masjid nomor satu," ujar Hashmi.
"Berhenti memohon pada orang-orang, lakukan yang ini dulu, buat Masjid ini menjadi Masjid yang sukses, kemudian kita tingkatkan dengan sumber daya kita sendiri."
Sefau tidak sendirian dalam seruannya untuk sebuah Masjid baru. Najmul, presiden Masyarakat Muslim P.E.I, mengatakan bahwa ia menghargai Hashmi yang mengijinkan orang-orang menggunakan ruang bawah tanahnya, namun akan lebih baik jika kaum Muslim memiliki tempat ibadah mereka sendiri.
Akhir Oktober lalu pemerintah provinsi menolak permintaan bantuan Sefau untuk membangun Masjid pertama di P.E.I.
Dr. Suleiman Sefau mengatakan bahwa profesional Muslim lainnya telah meninggalkan pulau itu karena tidak ada tempat bagi mereka untuk beribadah.
Sefau pindah ke Charlottetown dengan istri dan ketiga anak laki-lakinya dua tahun lalu. Ia mengatakan bahwa keluarganya menyukai pulau itu, kecuali tidak adanya sebuah Masjid. Pada hari Jumat, kaum Muslim melakukan sholat Jumat di ruang bawah tanah Hashmi. Namun, Sefau menginginkan sebuah Masjid yang sesungguhnya.
"Kaum Muslim melakukan sholat lima kali sehari. Di tempat asal saya, Masjid juga berfungsi sebagai sekolah. Itu adalah tempat untuk belajar bahasa Arab, yang merupakan bahasa Al Quran. Masjid adalah bagian dari kehidupan kaum Muslim," ujar Sefau.
Komunitas Muslim di tempat itu telah mengumpulkan dana, ujar Sefau, namun membutuhkan empat hingga lima tahun lagi untuk mencapai jumlah yang dibutuhkan, USD 500.000, dan beberapa dari mereka tidak mau menunggu selama itu.
"Saya memiliki teman yang pindah dua bulan lalu," ujar Sefau.
"Dia adalah seorang radiologis dan dia pergi ke British Colombia (Kanada) hanya karena tidak ada Masjid di sini. Itu adalah alasan utamanya."
Sefau meminta bantuan dari pemerintah provinsi. Ia mengharapkan adanya pemotongan harga tanah atau mungkin penyewaan bangunan, namun ia diberitahu bahwa pemerintah tidak memberikan bantuan uang pada kelompok relijius.
Namun, pemerintah wilayah Pangeran Edward mengambil pendekatan yang berbeda. Walikota Brian Skakun mengatakan bahwa masuk akal secara ekonomi bagi kotanya untuk membantu kaum Muslim membangun Masjid pertama di area itu dengan memberikan mereka sepetak tanah.
"Kami ingin mendiversifikasi perekonomian kami, namun kami juga ingin mendiversifikasi dasar budaya kami dan itu akan membantu perekonomian dalam jangka panjang," ujar Sakkun.
"Jika komunitasmu tidak membangunnya, maka orang lain yang akan melakukannya."
Walikota Charlottetown David MacDonald mengatakan bahwa ia ingin bertemu dengan Sefau untuk melihat apakah kotanya dapat membantu pembangunan Masjid di wilayah tersebut. (rin/cbc) www.suaramedia.com