Senin, 16 Mei 2011

Berkaca Pada Jepang, Indonesia Waspada Bencana Teknologi



JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Menyusul tragedi bencana kegagalan teknologi di Jepang, Indonesia harus juga mewaspadai ancaman serupa sebagai antisipasi.

Akibat ledakan reaktor nuklir di Fukushima, berbagai kalangan khawatir kalau dampak radio aktifnya bisa meluas. Di Indonesia pun Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) bahkan berencana untuk menyortir makanan yang berasal dari Jepang.

Ali Akbar, Direktur Deputi dari WALHI, mengatakan kalau sampai saat ini belum serius dalam menangani bencana. "Para pakar yang dibayar oleh pemerintah pun harus bekerja lebih baik,"

Dian Subromo, Direktur ISEE Foundation, mengatakan kalau informasi penanggulangan bencana dari pemerintah pun dirasa masih kurang.

"Sebenarnya teknologi bisa menjadi jawaban dari masalah teknologi itu sendiri, hanya saja saat ini kita belum bisa menanganinya dengan baik," ujar Dian di acara diskusi publik 'Ancaman Bencana Kegagalan Teknologi' di Jakarta.

Terkait dengan ketakutan akan ancaman dari bencana kegagalan teknologi, saat ini Rencana Nasional Penanggulangan Bencana Tahun 2010-2014 sedang digodok oleh BNPB dan Bappenas beserta kementrian dan lembaga terkait. Bahkan BPPT siap ditunjuk sebagai lead agency dalam penanggulangan ancaman teknologi, seperti Departemen PU untuk bencana banjir serta Departemen ESDM untuk letusan gunung api dan tanah longsor.

Arifin Purwakananta, Direktur Sumberdaya dari Dompet Dhuafa pun memaparkan definisi dari bencana kegagalan teknologi, berdasarkan United Nation of International Strategies for Disaster Reduction (UNISDR).

"Bencana kegagalan teknologi adalah semua kejadian bencana yang diakibatkan oleh kesalahan desain, pengoperasian, kelalaian dan kesengajaan manusia dalam menggunakan teknologi atau industri,"

Arifin menyimpulkan jangan sampai kegagalan teknologi menyebabkan bencana yang lebih luas lagi seperti bencana sosial.

Berdasarkan pada bencana-bencana yang sudah melanda Indonesia sebelumnya, banyak pengamat yang menyayangkan kalau penanggulangan bencana dari pemerintah dirasa masih kurang, terlebih untuk bencana kegagalan teknologi.

"Saya melihat kalau pemerintah masih belum serius dalam penanganan bencana," ujar Akbar Ali.

"Sampai saat ini saja, batasan indikator bencana saja belum jelas," timpal Sofyan dari Hijau Institute Indonesia.

"Ancaman dari bencana kegagalan teknologi ini pun akan menjadi semakin besar jika kita tidak waspada," ujar Arifin Purwakananta, Direktur Sumberdaya dari Dompet Dhuafa.

Akbar Ali dari WALHI pun mengatakan kalau ini semua karena diawali oleh metode pengenalan teknologi yang salah.

Llau yang menjadi perhatian akhir-akhir ini adalah rencana pembangunan PLTN di provinsi Bangka Belitung. Berkaca pada kejadian yang melanda Jepang, seharusnya pemerintah lebih waspada dalam rencana pembangunan tersebut, terlebih karena melibatkan teknologi tenaga nuklir.

"Yang paling ditakuti dari semua PLTN adalah kegagalan operasional. Mengingat resikonya yang besar, seharusnya pemerintah harus lebih berhati-hati dalam mengambil langkah ingin membangun sebuah PLTN. Saya rasa untuk saat ini kita belum membutuhkan sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir," kata Akbar Ali.

Arifin Purwakananta menyatakan kalau ke depannya pemerintah dan instansi terkait harus membuat semacam peta kerawanan bencana teknologi, demi penanggulangan bencana yang lebih baik. (ar/z2k) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar