LONDON (Berita SuaraMedia) – Laporan media Inggris mengkonfirmasikan bahwa kekuatan rahasia Al-Qaeda adalah kemampuan gerakan tersebut untuk memancing AS dan Inggris untuk melakukan intervensi militer di negara-negara konflik seperti Irak, Afghanistan dan Yaman.
Surat kabar The Independent mengungkapkan bahwa kelompok Al-Qaeda dapat bergerak dengan bebas di wilayah luas Yaman yang penuh gunung.
Al-Qaeda juga dapat membentuk aliansi dengan lawan-lawan dari rezim pemerintahan Presiden Ali Abdullah Saleh.
Surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa elemen-elemen Al-Qaeda di Yaman kemungkinan tidak jauh dari dua hingga tiga ratus orang, namun dengan populasi penduduk yang mencapai 22 juta jiwa dan enam juta senjata yang beredar, peperangan di Yaman boleh jadi menciptakan Afghanistan kedua.
Disebutkan bahwa Washington dan London memberikan dukungan terhadap pemerintah Yaman untuk melawan korupsi. Di Yaman, pasukan Barat akan menghadapi masalah yang serupa dengan yang dihadapi di Afghanistan.
Ditambahkan bahwa Al-Qaeda mendapatkan banyak simpati seiring dengan berbagai kelemahan pemerintah. Surat kabar tersebut menyebutkan bahwa intervensi militer langsung oleh Barat bukannya memperlemah Al-Qaeda, namun sebaliknya.
Di Yaman, banyak tercipta kekacauan karena kemiskinan, korupsi dan sebagainya, Al-Qaeda mendapatkan simpati dari masyarakat.
"Tingkat ancaman dari Al-Qaeda saat ini sudah sangat tinggi," kata seorang diplomat Barat. Para analis meyakini bahwa Al-Qaeda merekrut anak muda Yaman dan mendatangkan kelompok-kelompok militan asing ke negara tersebut untuk menghadiri berbagai kamp pelatihan.
Dalam dua bulan terakhir, jet-jet tempur acapkali terbang melintasi Sanaa, ibukota Yaman, untuk mengebom para pemberontak Houthi di utara Yaman.
Seorang diplomat mengatakan: "Al-Qaeda selalu mencari celah untuk mengambil alih wilayah yang tidak terjangkau pemerintahan, dan ada sejumlah lokasi semacam itu di Yaman, ada potensi terciptanya masalah besar di sana."
Ratusan orang gerilyawan dari Afghanistan dan Pakistan berasal dari Yaman – tanah kelahiran ayah Osama bin Laden. Setelah terjadi serangan terhadap kapal AS, USS Cole di pelabuhan Aden, Yaman, pada tahun 2000 lalu, AS mengkhawatirkan keamanan di negara tersebut.
Yaman adalah salah satu negara termiskin di dunia, Barat mengatakan bahwa Yaman merupakan lokasi perekrutan "teroris" sejak dahulu. Sekitar 100 orang tahanan yang berada di penjara Guantanamo berasal dari Yaman. AS ragu untuk memulangkan mereka karena tidak yakin bahwa pemerintah Yaman bisa menangani mereka.
Pekan lalu, Presiden Saleh mengatakan bahwa konflik dengan pemberontak al-Houthi mungkin saja berlanjut selama lima hingga enam tahun.
Semakin lama pemerintah memerangi kelompok pemberontak seperti al-Houthi, maka kemungkinan Al-Qaeda untuk tumbuh semakin besar.
Minggu ini, Amr Moussa, pemimpin Liga Arab, bertolak ke Sanaa untuk mendesak diakhirinya konflik tersebut. Pembicaraan tersebut juga membahas konflik di kawasan selatan, dimana ada ribuan orang yang ingin mendirikan negara merdeka.
Charles Schmitz, direktur American Institute for Yemeni Studies, mengatakan, "pemerintah (Yaman) senang menciptakan kekacauan, kekacauan dipandang sebagai strategi untuk menyingkirkan rival-rival pemerintahan yang saling bertempur, sehingga tidak ada seorangpun yang memiliki kekuatan atau kemampuan untuk menandingi pemerintah. Hal tersebut telah berlangsung dalam waktu lama, namun saat ini ada tantangan serius yang harus dihadapi."
Masalah terbesar, yaitu kemiskinan, masih belum ditangani. Minyak bumi yang menopang kekuatan ekonomi akan habis dalam waktu 10 tahun, dan suplai air ke Sanaa juga akan mengering pada waktu yang sama.
Tahun ini, Presiden Saleh mengumumkan 10 wilayah yang memerlukan perhatian, termasuk masalah keamanan, reformasi hukum, pasokan air, dan pemerintahan daerah, namun "Terorisme" tidak disinggung oleh sang presiden. (dn/im/to) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar