Kamis, 26 Mei 2011

Rebut Hati Afghanistan, Strategi Baru AS - NATO Berantakan



KABUL (Berita SuaraMedia) – Di lembah Uzbeen, yang menjadi lokasi serangan mematikan pasukan NATO di Afghanistan, para komandan pasukan negara-negara Barat tengah bergelut dengan sebuah pola pikir baru, bahwa bukan kekuatan senjata besar-besaran, namun melalui jalur diplomasi.

Hanya berjarak 60 kilometer dari ibukota Afghanistan, Uzbeen adalah sebuah lokasi yang menjadi basis kelompok perjuangan. Hal itu menunjukkan betapa kelompok gerilyawan mampu menguasai wilayah-wilayah negara tersebut, bahkan lokasi yang begitu dekat dengan pusat pemerintahan.

Perang di Afghanistan kini menjadi lebih mematikan dari sebelumnya. Tahun ini, jumlah korban yang jatuh telah menembus rekor baru, sejak AS memumpun invasi pada tahun 2001 untuk menggulingkan rezim pemerintahan Taliban.

AS merumuskan sebuah rencana baru untuk membalikkan momentum yang diraih Taliban, menghapuskan tempat bernaung Al Qaeda dan melatih pasukan keamanan Afghanistan untuk membujuk dan memenangkan hati dan pikiran rakyat Afghanistan.

Untuk menguji coba strategi baru Jenderal Stanley McCherystal, para prajurit NATO bertekad untuk memenangkan dukungan warga setempat dan mengembalikan kedaulatan kepada pasukan keamanan Afghanistan di bagian utara lembah tersebut.

Oleh karena itu, pasukan Perancis melancarkan salah satu operasi militer terbesar mereka dalam kurun waktu delapan tahun. Untuk membuka jalan menuju sebuah desa yang dianggap sebagai kunci di kawasan utara Uzbeen, dan menggelar pertemuan dengan para tokoh setempat.

Dalam waktu beberapa jam saja, masalah langsung menghampiri misi tersebut, para prajurit menemukan bahwa ada 50 orang pejuang yang berkumpul di Qaleh Eh Ye Kalan, desa yang menjadi tujuan para prajurit tersebut untuk berdialog dengan para tokoh setempat.

"Kami memutuskan untuk mengorganisir pertemuan tersebut di desa lain," kata seorang letnan kolonel yang tidak bersedia mengungkapkan namanya.

Namun orang-orang di desa tersebut tidak mendapatkan pemberitahuan tepat pada waktunya. Hal tersebut membuat para komandan pasukan salah jalan, akibatnya misi mereka menjadi tertunda lebih lama.

Akhirnya, pertemuan tersebut dibatalkan. "Pertempuran untuk memenangkan hati dan pikiran adalah sebuah hal yang sulit," katanya.

Berbicara di sebuah lembah yang menjadi lokasi penyerbuan Taliban yang menewaskan 10 orang prajurit Perancis pada bulan Agustus 2008, sejumlah prajurit tidak dapat menyembunyikan kekecewaan mereka.

"Saya tidak melihat ada kemungkinan bagi kami untuk mendapatkan dampak yang positif dari masyarakat di sana," kata salah satu prajurit. "Kami harus menetap selama lima hari, membangun pos pengawasan untuk pasukan Afghanistan, dan tidak langsung menarik diri," katanya.

Para prajurit tersebut mengatakan bahwa kawasan utara tersebut merupakan sebuah peluang bagi Perancis, kontingen militer keempat Barat di Afghanistan, untuk menggandakan jumlah pos penjagaan dan "mengamankan keadaan".

Selama dua bulan melakukan persiapan para komandan pasukan menggelar dialog untuk membujuk para pejuang agar bersedia meletakkan senjata. Mereka berharap agar para anggota Taliban yang lebih moderat akan bersedia meletakkan senjata, mengurangi kekuatan gerakan tersebut.

Kala fajar menyingsing di lembah tersebut, kelompok gerilyawan mampu membuat unit pasukan NATO tersebut terpencar di daerah pegunungan, di dekat desa-desa.

Meski ada 43 negara yang menempatkan 113.000 orang pasukan di Afghanistan, militer Eropa mengeluh, karena jika dibandingkan dengan tentara AS, mereka kekurangan perlengkapan yang memadai, membuat mereka kesulitan melaksanakan tugasnya.

Kapten Edouard, komandan intelijen pasukan Perancis yang tidak bersedia menyebutkan nama lengkapnya, harus melompat-lompat untuk tetap menghangatkan badan di tengah udara pagi Afghanistan yang menusuk tulang. Harus mempergunakan teknologi yang tidak canggih untuk menghubungi rekan-rekan dan kontaknya.

"Di lembah, informasi sulit didapatkan karena masalah jaringan. Tidak seperti pasukan Amerika yang bisa mempergunakan telepon satelit, saya hanya memanfaatkan apa yang dimiliki pasukan," katanya. (dn/dn) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar