Peluang Indonesia lolos dari fase grup Prakualifikasi Piala Dunia 2014 semakin berat setelah gagal memanfaatkan laga kandang. Jangankan meraih kemenangan, seri pun tim asuhan Wim Rijsbergen tak mampu.
Indonesia ditaklukkan Bahrain 0-2 dalam laga kedua Grup E yang sempat terhenti selama 15 menit di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Selasa malam, 6 September 2011.
Padahal, kemenangan dalam bidikan Rijsbergen. "Kemenangan sangat penting bagi kami. Saya akan menanamkan mental kemenangan pada para pemain," ikrar Wim dalam jumpa pers sebelum pertandingan.
Menurut Wim, kekalahan dari Iran justru menjadi pelajaran berharga bagi Garuda Merah Putih. "Iran merupakan tim tangguh dan lebih baik dari kami. Mereka lebih berkualitas dan berpengalaman. Kami berharap bisa mengambil pelajaran dari laga melawan mereka." Sayangnya, harapan Wim tak menjadi kenyataan.
Hasil itu memang belum menutup peluang Tim Merah Putih. Tapi, mengingat perjalanan berikut Bambang Pamungkas cs, maka hasil ini kurang menguntungkan, baik secara posisi maupun mental psikologis.
Dalam dua laga, Indonesia selalu kalah. Dengan raihan nirpoin. Akibatnya, tim Merah Putih berada di posisi buncit Grup E.
Padahal, secara psikologis Tim Merah Putih butuh bangkit setelah hancur di kandang Iran akibat kekalahan 0-3 di laga pertama. Jika mampu menang maupun meraih poin di laga melawan Bahrain, maka mental Cristian Gonzales cs dipastikan bangkit kembali. Peluang Indonesia pun selalu terjaga
Apa daya, semua usaha telah dikerahkan. Striker tajam Boaz Solossa kembali bermain sebagai starter. Bek sayap yang rajin menyerang Mohamad Nasuha juga tampil sejak awal. Demikian pula gelandang bertahan Ahmad Bustomi, tandem Firman Utina di lini tengah Tim Garuda.
Wim Rijsbergen kembali memasang formasi andalan 4-2-3-1 dengan menempatkan trio penyerang Boaz Solossa, Bambang Pamungkas dan Muhamad Ridwan di belakang target man Cristian Gonzales. Beberapa kali umpan jauh diarahkan ke Boaz, dan hanya ia yang mampu melakukan penetrasi di kotak penalti Bahrain.
Sayangnya, tumpuan serangan Timnas hanya mengarah ke Boaz. Striker Persipura Jayapura ini memang tak egois, terbukti dengan umpannya ke Bepe di menit 17 berhasil ditanduk dan nyaris membobol gawang Bahrain.
Tapi, seperti tak ada penghubung antara lini tengah dan depan Timnas. Serangan Tim Merah Putih pun macet.
Apalagi, lini belakang Bahrain sangat disiplin. Tak ada pemain Indonesia yang dibiarkan lama-lama menguasai bola. Boaz, Ridwan, Bepe maupun Gonzales selalu diganggu, bahkan ditekel oleh bek-bek Bahrain jika sudah terlihat mulai berakselerasi.
Selain itu, pola yang dijalankan Timnas juga tak berjalan lancar. Sentuhan Rijsbergen kurang terlihat karena para pemain Indonesia lebih banyak bermain dengan umpan-umpan panjang, bukannya mengandalkan umpan-umpan pendek sebagai keunggulan selama ini.
Mantan striker tim nasional Indonesia, Bambang Nurdiansyah menilai permainan cepat dengan umpan-umpan pendek bisa menjadi senjata ampuh. "Pola tim saat ini jauh lebih bagus, mereka mampu main umpan-umpan pendek dengan cepat. Itu terlihat ketika melawan Turkmenistan lalu dan harus dimaksimalkan. Jangan seperti ketika melawan Iran, tidak terlihat sama sekali skema permainannya. Tapi, saya yakin pelatih (Rijsbergen) sudah melakukan evaluasi," ucap Banur.
Dalam posisi tertinggal seusai kecolongan oleh gol bek Bahrain, Sayed Dhiya Saeed Ebrahim di injury time babak I, permainan Indonesia tak kunjung berkembang di babak II. Rijsbergen justru mengganti gelandang serang Firman Utina dengan Hariono di awal babak II. Timnas pun memainkan dua gelandang berkarakter nyaris sama: Ahmad Bustomi dan Hariono.
Di sinilah peran 'pembisik' yakni para asisten Rijsbergen diperlukan. Apalagi, pelatih asal Belanda ini hanya punya waktu sekitar sebulan untuk mempersiapkan Timnas.
Mantan pemain Timnas, Risdianto menyebut Tim Merah Putih masih butuh sentuhan Rahmad Darmawan. RD pernah menjadi asisten Wim saat Indonesia menghadapi Turkmenistan di babak kedua PPD 2014. Di leg 1, Indonesia mampu menahan 1-1 di kandang Turkmenistan dan berhasil menang 4-3 di leg 2.
Tapi kini, RD difokuskan untuk menangani Timnas U-23 yang diproyeksikan ke SEA Games 2011. Padahal, RD sangat mengenal para pemain karena nyaris menangani mereka semua di beberapa klub Indonesia.
"Waktu masih ada RD (Rahmad Darmawan), Indonesia bermain lumayan. Jadi seperti ada yang 'hilang'," ujar Risdianto. "Saat melawan Iran, umpan-umpan pendek tidak ada. Dan kemauan (strategi) pelatih seperti apa tidak jelas."
Sebaliknya, Bahrain mampu bermain dengan tenang untuk meredam permainan Indonesia. Tak terlihat sama sekali bayang-bayang kekalahan 1-2 dari Indonesia pada pertemuan terakhir di Piala Asia 2007, juga di tempat yang sama.
Pasukan Merah Bahrain juga tak peduli dengan rekor kurang bagus yakni hanya menang sekali, dua kali seri dan dua kali kalah dari Indonesia dalam lima pertemuan selama ini. Tampaknya, kewaspadaan tinggi pelatih Bahrain, Peter Taylor kepada seluruh pemain Indonesia berbuah manis. Apalagi, Taylor mengaku sudah mengantongi kekuatan Tim Merah Putih setelah Indonesia berujicoba melawan Yordania.
"Saya sudah melihat saat Indonesia melawan Yordania. Menurut saya, organisasi permainan Indonesia cukup bagus," ujar Taylor saat jumpa pers jelang laga, Senin 5 September 2011.
Kendati Indonesia kalah 0-1 dari Yordania, Taylor menilai Pasukan Garuda tak pantas dianggap remeh. Sebaliknya, pelatih asal Inggris itu menganggap bahwa semua anak asuh Wim Rijsbergen harus diwaspadai.
Masuknya Boaz Solossa yang sempat absen lawan Iran juga akan menambah kekuatan Merah Putih. "Sebagai pelatih, saya menghormati setiap tim yang kami hadapi," katanya.
"Saya terkesan saat Indonesia melawan Yordania. Saya harus mempersiapkan permainan terbaik dan semua pemain Indonesia berpotensi membahayakan kami," imbuh Taylor.
Dihentikan
Pertandingan sempat dihentikan pada menit 74 oleh wasit asal Korea Selatan, Lee Min-hu akibat petasan yang diletupkan para penonton Indonesia di SUGBK dianggap telah mengganggu jalannya pertandingan. Lee terlihat berkonsultasi dengan perwakilan AFC.
Wasit Lee sempat akan menghentikan pertandingan saat memasuki menit 65 karena petasan yang dianggap mulai mengganggu pertandingan. Setelah melakukan konsultasi dengan match commissioner dari AFC, wasit kembali melanjutkan pertandingan. Namun, setelah 10 menit kemudian suara petasan masih terdengar, Min Hu menghentikan pertandingan.
Penonton tampaknya kecewa setelah Timnas ketinggalan 0-2 sejak menit akibat gol Ismaeel Latif di menit 71. Waktu normal 19 menit dalam kondisi permainan Timnas yang kurang bagus mengecewakan suporter.
Kubu Bahrain pun memilih masuk kamar ganti setelah pertandingan dihentikan sekitar 5 menit. Itu setelah pengawas pertandingan menyatakan pertandingan tak layak diteruskan.
Ketua Umum PSSI, Djohar Arifin Husin coba melobi pengawas pertandingan. Tapi, stadion tampak sangat berkabut oleh banyaknya petasan yang dibakar suporter Indonesia.
Setelah sempat terhenti 15 menit, pertandingan akhirnya dilanjutkan kembali. Sayangnya, hasil tak berubah. Peluang Indonesia pun semakin berat. Dua kekalahan ini membuat Tim Merah Putih terancam masuk kotak. (sj)
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar