ISLAMABAD (Berita SuaraMedia) – Pakistan tidak memiliki rencana yang kuat untuk dapat mengalahkan Taliban, dan pasukan keamanan negara tersebut juga berusaha keras mempertahankan kawasan yang sudah "dibersihkan" dari para gerilyawan terkait al Qaeda, hal itu disebutkan dalam laporan Amerika Serikat yang dirilis kamis (5/5).
AS ingin Pakistan mampu mengatasi para pejuang Taliban yang bersemayam di kawasan suku dan menggunakan lokasi itu untuk menyerang pasukan AS di seberang perbatasan, di Afghanistan.
"Masih belum ada jalur yang jelas untuk mengalahkan pemberontakan di Pakistan meski sudah dikerahkan lebih dari 147.000 orang prajurit," kata pemerintahan Presiden Barack Obama dalam sebuah laporan untuk para anggota parlemen di Kongres AS.
Serbuan besar-besaran oleh pasukan Pakistan di sepanjang perbatasan Afghanistan yang tak memiliki hukum tidak mampu melemahkan Taliban, fakta itu diperkuat dengan dua aksi bom bunuh diri di sebuah situs Sufi di timur Pakistan pada hari Minggu yang menewaskan 41 orang.
Laporan itu menyoroti kekhawatiran AS bahwa meski sejumlah kawasan sudah "dibersihkan", masih ada gerilyawan yang bisa masuk.
"Operasi pembersihan besar-besaran oleh militer adalah yang ketiga kalinya dalam dua tahun terakhir. Hal itu jelas memperlihatkan ketidakmampuan militer dan pemerintah Pakistan untuk membersihkan kawasan-kawasan yang menolak kembalinya pemberontak," demikian disebutkan dalam laporan itu.
Doktrin merebut kawasan yang diduduki militan, mempertahankannya, kemudian membangun infrastruktur dan layanan umum untuk mendapatkan kepercayaan masyarakat setempat dilakukan secara efektif oleh pasukan AS di Irak.
Satu hal yang menjadi masalah adalah "rendahnya kesiapan operasional" dari armada helikopter militer Pakistan yang dianggap sebagai perangkat vital dalam strategi melawan pemberontakan yang efektif. Laporan itu menyebutkan bahwa keadaan semakin diperparah oleh keengganan Pakistan menerima tim teknisi untuk melakukan pemeliharaan helikopter.
Laporan itu juga menyebutkan bahwa kerja sama militer antara AS dan Pakistan mampu bertahan dari guncangan kasus pembunuhan yang melibatkan seorang kontraktor CIA.
"Meski ada ketegangan dalam hubungan (kedua negara) terkait penangkapan ‘pejabat’ AS Raymond Davis, kerja sama militer bilateral dapat dilanjutkan secara positif," tambah laporan itu.
Sebuah pengadilan di Pakistan bulan lalu membebaskan Davis dari tuduhan pembunuhan setelah tercapai kesepakatan pembayaran kompensasi, atau disebut "uang berdarah", kepada keluarga dua orang pria yang ditembak mati Davis.
Mengenai Afghanistan, laporan itu mengkritik tajam krisis keuanga yang melibatkan KabulBank di Afghanistan yang disebut bisa merusak kepercayaan penyandang dana internasional di negara tersebut.
"Sejauh ini, ketidakmampuan pemerintah Afghanistan menanggapi dan memproses ppihak-pihak yang bertanggung jawab dalam krisis keuangan KabulBank membuat para penyandang dana amat resah," tambah laporan itu.
Pemerintah Afghanistan setuju memutuskan pemberi pinjaman swasta terbesar Afghanistan setelah terungkap skandal penipuan berjuta-juta dolar saat Afghanistan terancam kehilangan dukungan Dana Moneter Internasional (IMF) dan bantuan miliaran dolar. (dn/reu) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar