PYONGYANG (Berita SuaraMedia) – Korea Utara telah meningkatkan tekanan terhadap AS untuk menyetujui dilakukannya pembicaraan bilateral secara langsung, memperingatkan bahwa mereka siap untuk mengambil jalan sendiri jika Washington menolak usul mereka.
"Saatnya bagi AS untuk menentukan," ujar juru bicara kementerian luar negeri Korea Utara.
"Kami telah memperjelas bahwa kami siap untuk ambil bagian dalam pembicaraan multilateral, termasuk pembicaraan enam pihak, tergantung pada hasil pembicaraan dengan AS," kantor berita KCNA mengutip pernyataan sang juru bicara.
Korea Utara pergi dari pembicaraan enam pihak mengenai program nuklirnya pada bulan April sebagai protes terhadap kritik internasional atas uji coba roket jarak jauhnya.
Sebulan kemudian mereka melakukan uji coba senjata nuklir yang kedua.
Saat itu, Pyongyang menganggap proses pelucutan senjata enam pihak telah berakhir. Namun, bulan lalu, mereka mensinyalir untuk mulai mempertimbangkan kembali ke meja negosiasi.
Menggabungkan gerakan-gerakan itu pada hari Senin, kementerian luar negeri Korea Utara mengatakan bahwa kini telah tiba saatnya bagi "pihak-pihak langsung" – AS dan Korea Utara – untuk duduk bersama dan menemukan sebuah solusi yang rasional.
"Kini setelah kami menunjukkan kesediaan untuk berbicara dengan AS dan mengadakan pembicaraan multilateral termasuk pembicaraan enam pihak, saatnya bagi AS untuk membuat keputusan," ujar juru bicara kementerian.
Ia menambahkan bahwa "Jika AS tidak siap untuk duduk berhadapan secara langsung dengan kami dan berbicara, maka kami akan mengambil jalan sendiri."
Komentar itu adalah indikasi terkuat bahwa Korea Utara bersedia mempertimbangkan untuk kembali ke pembicaraan pelucutan senjata yang sempat terhenti.
Pembicaraan enam pihak melibatkan AS, China, Rusia, Jepang, dan kedua Korea, namun tidak ada pertemuan yang diselenggarakan dalam dua tahun terakhir ini.
Korea Utara telah seringkali menyalahkan apa yang mereka sebut sebagai "kebijakan bermusuhan" AS untuk terhentinya dua pembicaraan dan negosiasi langsung dengan AS adalah satu-satunya cara untuk mengakhiri pendirian nuklir Korea.
Mereka belum mengatakan apa yang ingin dicapai dari pembicaraan bilateral dengan AS, meskipun kemungkinan besar mereka akan menekan diakhirinya sanksi finansial dan konsesi lainnya.
Namun, AS telah mengatakan bahwa mereka hanya akan bersedia melakukan pembicaraan langsung dengan Korea Utara sebagai bagian dari dialog enam pihak yang lebih besar.
Pernyataan terbaru Korea Utara itu datang di tengah laporan bahwa AS dan Korea Selatan telah menyelesaikan rencana kontingensi untuk menangani kemungkinan runtuhnya negara Korea Utara atau situasi darurat lainnya.
Korea Utara sebelumnya mengecam rencana semacam itu, yang menurut mereka membentuk persiapan untuk melakukan invasi dan membuktikan kebijakan bermusuhan AS serta sekutunya Korea Selatan.
Menurut kantor berita Korea Selatan Yonhap, Rencana Operasi (OPLAN) 5029 berisi detail skenario per kasus untuk berbagai situasi darurat, termasuk perang sipil dengan Korea Utara, perubahan rezim, atau pencurahan senjata pemusnah massal.
Di bawah rencana itu AS akan mengambil peran sebagai pihak yang mengatasi senjata pemusnah massal Korea Utara – termasuk senjata nuklirnya – sementara pasukan Korea Selatan akan memegang kepimpinan di area lain.
Yonhap menyebutkan bahwa kedua pemerintah khawatir akan kemungkinan transfer senjata dan teknologinya ke kelompok teroris atau negara lain.
Baik pemerintah AS maupun Korea Selatan belum membuat pernyataan publik terkait dokumen tersebut. (rin/aj) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar