Sabtu, 21 Mei 2011

Castro: Invasi AS Akan Dibalas "Dalam Hitungan Detik"



HAVANA (Berita SuaraMedia) – Mantan pemimpin Kuba Fidel Castro menyatakan, tindakan militer apa pun yang diambil terhadap Korea Utara atau Iran akan memicu lahirnya perang besar-besaran. Menurutnya, mereka akan membalas invasi macam apa pun "dalam hitungan detik."

Pemimpin revolusi Kuba tahun 1959 tersebut juga memperingatkan mengenai konflik nuklir di dunia saat mendatangi Kementerian Luar Negeri Kuba pada hari Jumat waktu setempat, sepeti dilaporkan oleh kantor berita Reuters.

Castro mengatakan akan ada perang besar yang pecah jika Amerika Serikat dan Israel berusaha "memaksakan sanksi internasional terhadap Iran terkait program nuklirnya."

Castro, 83, mengatakan jika ada serangan terhadap Korea Utara atau Iran, maka hal itu akan menimbulkan akibat yang serius bagi umat manusia.

Ia mengatakan kemungkinan serangan terhadap Korea Utara atau Iran akan berubah menjadi peperangan besar karena negara yang diserang akan menyerang balik dalam hitungan detik.

Berbicara dalam acara pertemuan para duta besar Kuba dari 110 negara lebih di ibu kota Havana, Castro mengatakan, "AS sekarang tengah berada dalam dilema (di Timur Tengah). AS tidak bisa keluar dan tidak bisa tinggal," kata Castro kepada 115 orang duta besar yang mendengarkan dengan saksama.

Ia menambahkan bahwa situasi yang dihadapi AS akan memaksanya melakukan perang agar bisa keluar dari Timur Tengah.

Castro sebelumnya mengkritik jumlah cadangan persenjataan nuklir dan pengeluaran militer AS yang besar, ia memperingatkan bahwa jika AS menyerang Iran, maka itu hanya akan menjadi bencana bagi diri sendiri.

Tanggal 13 Juli lalu, Castro memperingatkan mengenai hal yang sama.

"Saya rasa bahaya perang terus bertambah besar. Mereka (AS) bermain api," kata Castro dalam wawancara dengan sebuah acara talk show harian di Kuba.

"Yang paling buruk (bagi Amerika) adalah perlawanan yang akan mereka dapatkan di sana (Iran), sebuah hal yang tidak mereka jumpai di Irak," kata Castro dalam wawancara televisi paling mencolok sejak ia menjalani operasi bedah usus pada 2006.

"Mereka telah membeli semua pesawat yang bisa mereka beli, mereka membeli semua senjata yang ada di pasaran. Pada dasarnya, semua senjata itu buatan Rusia dan China," tambah tokoh Kuba tersebut, merujuk pada bazar senjata AS.

Castro secara resmi mengundurkan diri pada Februari 2008, Majelis Nasional Kuba kemudian menyerahkan kekuasaan kepada adiknya, Raul Castro, dan tetap jarang terlihat sejak pembedahan.

Pemimpin revolusi Kuba tersebut duduk di belakang meja di sebuah ruangan kantor yang dihiasi dekorasi minimalis. Ia mengenakan kaus kotak-kotak yang dibalut jaket olahraga berwarna biru dengan resleting di depan kemudian ia mulai menjawab pertanyaan. Lokasi wawancara tersebut dirahasiakan.

Tidak jelas apakah tayangan tersebut disiarkan langsung, namun kantor berita Associated Press melaporkan bahwa Castro merujuk pada sebuah artikel tertanggal 5 mei dan menyebut koran itu diterbitkan enam hari sebelumnya, mengindikasikan bahwa tayangan itu direkam pada hari Rabu (18/5).

Di awal wawancara, Castro menghabiskan waktu dengan membaca tulisan ahli bahasa AS, Noam Chomsky, dan sejumlah penulis lain. Ia menjelaskan mengapa menurutnya ketegangan di Korea pada akhirnya dapat memicu perang dunia. Sesekali Castro menunjukkan kemampuannya sebagai pembicara yang tegas, sesekali ia jeda berbicara dan membaca isi catatan.

Wawancara hari Senin tersebut diberitakan di halaman depan harian milik Partai Komunis, Granma. Castro pernah muncul dalam rekaman wawancara video dengan televisi Kuba pada bulan Juni dan September 2007.

Kontributor berita BBC di Havana, Michael Voss, mengatakan suara Castro terkadang terdengar lemah dan parau, tapi isi pesan yang disampaikan memang asli pemikiran Fidel, kali ini ia menyerang AS terkait kebijakannya dalam masalah Korea Utara dan Iran. (dn/pv/sm) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar