Sabtu, 21 Mei 2011

Takut Al Qaeda, AS Keluarkan Larangan Wisata



WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Pemerintah AS mengeluarkan peringatan larangan bepergian kepada para warga negaranya ke Pakistan. Pemerintah AS melarang Pakistan karena keberadaan al-Qaeda, Taliban, dan sejumlah kelompok lain yang disebut berbahaya.

"Keberadaan elemen-elemen al-Qaeda, Taliban, dan kelompok-kelompok militan pribumi membahayakan para warga negara AS yang ada di Pakistan, khususnya di perbatasan barat negara tersebut," kata Departemen Luar Negeri AS dalam peringatan perjalanannya.

Deplu menambahkan bahwa laporan ancaman itu mengindikasikan adanya kelompok-kelompok yang terus berusaha mencari peluang untuk menyerang tempat-tempat yang didatangi warga negara AS dan negara Barat, seperti pusat perbelankaan, hotel, kelab malam dan rumah makan, tempat peribadatan, sekolah, atau ajang rekreasi luar ruangan.

Peringatan Deplu AS tersebut juga menyebutkan bahwa pemerintah Pakistan telah meningkatkan upaya pengamanan, khususnya di kota-kota besar yang sebelumnya pernah menjadi target bom bunuh diri.

Dalam beberapa kejadian terakhir, militan biasanya menyaru sebagai personel aparat keamanan Pakistan agar bisa mendapatkan akses menuju wilayah sasaran.

"Kedutaan kembali mengulang nasihat ini untuk semua warga negara AS. Harap kalian melakukan hal-hal yang diperlukan untuk menjaga keamanan dan keselamatan sepanjang waktu. Langkah-langkah tersebut di antaranya menjaga kewaspadaan terhadap keadaan sekitar, menghindari tempat keramaian, dan tidak usah terlalu mencolok," kata Deplu AS.

Peringatan itu menyebutkan bahwa sejumlah laporan media belakangan ini telah sengaja mengidentifikasi pada diplomat AS, juga para jurnalis dan staf lembaga nonpemerintahan, dengan keliru demi keamanan.

Para pejabat AS di Lahore dan Islamabad diperintahkan untuk mengurangi dan meminimalkan frekuensi perjalanan ke pasar-pasar, restoran, dan tempat keramaian lainnya.

Kunjungan para pejabat AS ke Peshawar dan Karachi dibatasi, pergerakan para pejabat yang bertugas di konsulat jenderal di kota-kota tersebut amat dibatasi, bunyi peringatan tersebut.

Hanya ada sedikit kunjungan pejabat yang diagendakan di hotel, itu pun jangka waktu menginapnya singkat, kata Departemen Luar Negeri AS.

Pakistan akan menerima "konsekuensi serius" jika ada serangan teror yang berhasil dilakukan ternyata terlacak hingga ke negara tersebut, demikian bunyi peringatan dari Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton bulan Mei lalu. Peringatan tersebut mungkin bisa dilihat sebagai pesan paling keras AS terhadap Pakistan sejak plot pengeboman gagal Times Square.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS, Clinton mengatakan bahwa meski sikap Pakistan terhadap terorisme telah berubah baru-baru ini, Pakistan masih perlu menerapkan langkah-langkah keras untuk menumpas militansi yang berasal dari negara tersebut.

"Kami sudah memperjelas bahwa jika, semoga tidak, ada serangan semacam ini yang dapat kami lacak hingga Pakistan dan (serangan) itu berhasil, maka akan ada konsekuensi berat," kata Clinton memperingatkan.

"Kami bersikap lebih kooperatif dan ada perubahan nyata dalam komitmen pemerintah Pakistan. Tapi, kami menginginkan lebih. Kami mengharapkan lebih," tambahnya.

Mengakui bahwa AS dan Pakistan menjalin hubungan militer dan intelijen yang lebih baik dari sebelumnya, Clinton mengatakan bahwa Islamabad telah memainkan "permainan ganda" dalam hal terorisme.

"Saya kira ada permainan ganda yang berlangsung dalam beberapa tahun sebelumnya, kami banyak mendengar janji, namun yang dilaksanakan hanya segelintir. Kami telah berbuat banyak. Kami telah melihat ditangkap dan dibunuhnya banyak pemimpin kelompok-kelompok teroris, dan kami akan melanjutkan itu," kata Clinton, menjawab pertanyaan dari koresponden 60 Minutes, Scott Pelley.

Para pejabat AS mengklaim bahwa Faisal Shahzad, yang diduga berusaha meledakkan bom mobil di New York City telah memberitahu mereka bahwa ia mendapat pelatihan di Pakistan. (dn/toi/sm) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar