Sabtu, 21 Mei 2011

Muslim Skotlandia Tak Mengerti Khotbah Jumat?



GLASGOW (Berita SuaraMedia) - Mayoritas umat Islam Skotlandia lebih menyukai jika Masjid menyampaikan kotbah dalam bahasa Inggris daripada Arab, bahasa Al-Qur'an, untuk menyesuaikan dengan kebutuhan para pengunjung Masjid, meskipun beberapa menentang proposal tersebut dan dianggap sebagai pelanggaran langsung ajaran Islam.

"Penyampaian dalam bahasa Inggris akan lebih bermakna kepada generasi muda," Mona Siddiqui, Profesor Studi Islam dan Pemahaman Publik di Universitas Glasgow, kepada Herald pada Minggu 15 Mei.

Permintaan bagi imam untuk mengantarkan kotbah Jumat dalam bahasa asli negara tersebut mendapatkan banyak dukungan di kalangan Muslim Skotlandia

Mereka berpendapat bahwa bahasa Arab akan membuat para penonton, terutama anak muda, tidak memperhatikan kotbah tersebut, karena hanya sedikit persentase jemaat yang dapat mengerti itu.

Sarjana Islam terkemuka, Shayke Amer Jamil dalam perjalanannya ke Skotlandia bulan ini menyarankan kotbah disampaikan dalam bahasa Inggris.

Scotland Islamic Foundation (SIF) telah mengirimkan survei online meminta masyarakat apakah mereka lebih memilih melanggar tradisi dan memodernkan kotbah untuk mencerminkan kebutuhan dari generasi muda.

Lebih dari tiga perempat dari orang-orang merespon proposal tersebut dengan positif.

Siddiqui menegaskan bahwa tindakan tersebut bukanlah "revolusioner" tetapi "masuk akal".

"Itu adalah hal yang praktis."

Menurut Herald, lebih dari setengah umat Islam Skotlandia berusia di bawah 25 tahun, dan beberapa dapat berbicara bahasa Arab pada level tertentu.

Terdapat lebih dari 50.000 umat Islam yang membentuk kurang dari satu persen dari penduduk Skotlandia, menurut SIF.

Umat Islam adalah kelompok agama terbesar kedua di Skotlandia, yang memiliki tiga puluh mesjid, termasuk dua belas di Glasgow.

"Perkataan Allah adalah dalam bahasa Arab, bukan bahasa Inggris," ujar Muhammad Mustaqeem Shah. Tidak semua orang, bagaimanapun, adalah menyambut usulan dari kotbah dalam Inggris.

"Ada prinsip-prinsip dalam Islam yang tidak dapat berubah," ujar Shah, imam di Masjid Al Furqan di Glasgow akhir dari barat.

Shah percaya hal seperti sekarang akan mengarah langsung ke pelanggaran dari ajaran Islam.

Dia mengatakan bahwa banyak cendekiawan Muslim telah menyimpulkan bahwa adalah menyinggung dengan memberikan khotbah Jumat selain bahasa Arab.

"Perkataan Allah dalam bahasa Arab, bukan bahasa Inggris," kata Shah. Dalam khutba, kami mengutip ayat-ayat dari Al-Qur'an.

"Itu tidak benar dalam Islam untuk membaca Al Qur'an dalam bahasa Inggris."

Sebagai gantinya, disarankan tetap menjaga inti sakral dari pengajaran tersebut dalam bahasa Arab.

Siddiqui, profesor Studi Islam, percaya bahwa ada pertanyaan yang lebih besar yang dapat menjadi halangan kotbah dalam bahasa Inggris selain tentangan dari pihak oposisi.

"Pertanyaan yang lebih besar bagi saya adalah siapa yang dapat berkotbah seperti itu dalam bahasa Inggris," ujarnya.

"Sebagian besar imam Masjid ada yang datang dari luar negeri, dan jika tidak, mereka mungkin mendapatkan pelatihan di Arab.

"Kecuali anda punya imam yang terlatih untuk berkhotbah dalam bahasa Inggris, hal tersebut mungkin akan mudah dilakukan." (iw/iol) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar