NEW YORK (Berita SuaraMedia) – Sebuah laporan baru tentang ekstrimis kekerasan di AS menemukan bahwa plot terorisme oleh non-Muslim jauh melampaui jumlah plot yang berupaya dilakukan oleh Muslim, dan bahwa komunitas Muslim Amerika membantu menggagalkan sepertiga dari plot teror Al Qaeda yang mengancam negara itu sejak 11 September 2001.
Laporan itu berasal dari Muslim Public Affairs Council (MPAC), sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi hak-hak sipil Muslim Amerika. Laporan itu sebagian besar terdiri atas "Database Insiden Terorisme Pasca 11 September."
Database itu melacak plot-plot ekstrimis kekerasan Muslim dan non-Muslim terhadap AS.
Penulis laporan, Alejandro J. Beutel, peneliti MPAC dan penghubung pemerintah, mengatakan, "Laporan ini menunjukkan validitas dari dua prinsip panduan kita."
"Yang pertama adalah bahwa pilihan antara hak dan kebebasan kita dan keamanan nasional adalah sebuah pilihan yang salah. Kita bisa memiliki keduanya," ujarnya. "Kedua, penegakan hukum akan lebih sukses jika komunitas Muslim Amerika diperlakukan sebagai mitra, bukan musuh."
Dia menambahkan, "Karena mata-mata tak berdasar oleh FBI pada Masjid kami, kami menjadi sangat berhati-hati tentang keterlibatan kami dengan biro."
Laporan itu menemukan sedikit bukti peningkatan dalam ekstrimis ideologis. Laporan itu menyimpulkan bahwa Muslim yang terlibat dalam 13 dari 15 plot sejak terpilihnya Barack Obama sebagai presiden terlibat dalam ekstrimisme ideologis sebelum pemilu. Dari 15 plot itu, 10 di antaranya terlibat dalam ekstrimisme ideologis sejak tahun 2007.
Laporan itu menyatakan bahwa Al Qaeda tidak tampak menanamkan ideologis baru ke dalam komunitas Muslim Amerika. Alih-alih, data menunjuk pada jumlah yang lebih besar dari ekstrimis ideologis yang beralih ke kekerasan.
Laporan itu menyatakan bahwa komunitas Muslim telah membantu menggagalkan hampir satu dari tiga plot teror Al Qaeda yang mengancam AS sejak 11 September. Disebutkan bahwa ini menyoroti pentingnya penegakan hukum yang bermitra dengan warga melalui kebijakan berorientasi masyarakat.
Laporan itu merekomendasikan agar pemerintah memperluas inisiatif kebijakan berorientasi masyarakat, meningkatkan dukungan untuk penelitian tentang memberantas kebijakan yang bias, memperluas investasi dalam akuisisi sumber daya manusia yang lebih baik, menyoroti kontribusi warga negara pada keamanan nasional, dan mereformasi proses fusi untuk meningkatkan koordinasi di antara komunitas penegak hukum.
Laporan itu memeriksa tantangan yang dihadirkan oleh ekstrimis kekerasan dalam dua cara. Pertama dengan memeriksa sifat kuantitatif dan kualitatif dari percobaan terorisme. Kedua, melihat jumlah serangan yang sesungguhnya dan upaya serangan di AS, termasuk analisis komparatif terhadap insiden yang melibatkan penyerang Muslim dan non-Muslim. (rin/ips) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar