Sabtu, 21 Mei 2011

Muslim Harus Kerja Keras Agar Dapatkan Sambutan AS



LOUISVILLE, KENTUCKY (Berita SuaraMedia) – Dalam nada yang muram namun bersungguh-sungguh, pembicara demi pembicara mengatakan pada sebuah konferensi Muslim pada jum'at (20/5) waktu setempat bahwa mereka harus bekerja keras, dan dengan sabar, tentang banyaknya barisan untuk memperoleh sambutan di sebuah masyarakat Amerika di mana sentimen anti-Islam sedang berkembang.

"Tidak ada waktu lain bahwa kita harus menjadi aktif, berbicara kebenaran dan menyebar informasi lebih dari waktu dewasa ini," kata Ammar Almasalkhi, Presiden Dewan Organisasi Islam Kentucky, pada pertemuan tahunannya pada Minggu. Sekitar 150 orang hadir di balai Frazier Universitas Bellarmine.

Proposal-proposal Masjid menarik pertentangan dari Kota New York sampai Mayfield, Kentucky. Para pemilih Oklahoma pekan lalu menyetujui sebuah pelarangan menggunakan hukum Islam di negara bagian, sebuah undang-undang yang sekarang di bawah tuntutan hukum. Kantor berita NPR mencetuskan kontroversi karena memecat komentatornya, Juan Williams setelah ia mengatakan bahwa ia tegang tentang potensi tindakan teror yang dilakukan oleh para pelancong yang mengenakan pakaian Muslim.

Pertempuran tersebut sedang dilaksanakan di pengadilan, media dan politik, namun mereka membangkitan memori tentang peperangan sebenarnya untuk Azam Efendira, seorang pemimpin doa di Pusat Islam Bosnia-Amerika, sebuah Masjid lokal.

Ia mengingatkan kembali pada retorik anti-Islam di tengah-tengah perang mantan negara Yugoslavia pada tahun 1990-an. Perang-perang tersebut mengklaim lebih dari 100.000 jiwa, menurut Pengadilan Kriminal Internasional untuk mantan negara Yugoslavia, dan lebih dari 3.000 pengungsi Bosnia kemudian pindah ke Louisville.

"Kita harus benar-benar menghadapi masalah tersebut ... bahwa genosida terhubung dengan Islamophobia," Efendira mengatakan.

Namun pembicara sering menunjukkan jari pada diri mereka sendiri karena gagal untuk mengartikan dirinya sendiri yang berkebalikan dengan teroris yang mereka kecam.

Muslim meminta satu sama lain untuk memenuhi tema konferensi tersebut, "menjadi Relevan di Amerika."

"Ada sebuah upaya besar untuk mengontentikasi Islam sebagai tidak-Amerika," kata Kiarash Jahed, seorang penduduk medis Louisville dan pemimpin doa yang sering di Pusat Komunitas Muslim Louisville, sebuah Masjid lokal. "Tidak ada seorangpun yang akan mengubah segala sesuatu di sekelilingnya.'

Dalam menjaga dengan sebuah upaya untuk menyajikan sebuah Islam yang terinfeksi Amerika, ia menawarkan sebuah gaya daftar 10 teratas David Letterman tentang segala hal yang Muslim dapat lakukan.

Kesepuluh daftar tersebut termasuk memilih, mengembangkan pemimpin di dalam daerah sendiri yang mengerti para pemuda yang dibesarkan di Amerika dan menawarkan pelajaran bahasa Inggris – sesuatu yang ia katakan bahwa banyak Gereja yang melakukan dengan cara yang lebih efektif dari pada Masjid untuk para pendatang Muslim.

Dan, ia menambahkan: "Jadilah diri sendiri. ... Warga Amerika dapat menghormati keyakinan apapun. ... Satu hal yang warga Amerika tidak dapat hormati adalah kemunafikan."

Dr. Asim Piracha mengutip sebuah rangkaian dari upaya sosial oleh para anggota Asosoasi Dokter Keturunan Pakistan Kentucky dan Indiana. Mereka termasuk menjadi sukarelawan pada Misi Kristen Wayside bekerjasama dengan Yahudi dah Kristen dalam upaya bantuan bencana di Haiti dan Pakistan.

Hal ini untuk "menunjukkan wajah kami, bahwa kami adalah bagian dari komunitas ini," ia mengatakan.

Mahasiswa Universitas Louisville Sarah Khayat setuju. Muslim, ia mengatakan, harus menyadari bahwa "kesehatan kita sendiri terikat dengan tetangga kita."

Namun Efendira juga menantang Muslim untuk lebih memperhatikan komunitas mereka sendiri.

Ia mengatakan bahwa sementara Louisville memiliki dua sekolah Islam swasta, sebagian besar menghadiri sekolah negeri atau sekolah lainnya.

"Kita menghabiskan jutaan pada 2 sampai 3 persen siswa Muslim tersebut, namun bagaimana dengan 97 persen yang lainnya?" ia mengatakan. "Kami kehilangan kaum muda kami di Louisville. Mereka frustasi. Mereka minum alkohol. Mereka menggunakan obat-obatan terlarang. ... Kita harus memikirkannya dengan bijaksana."

Javaid Siddiqi dari Lexington menanyakan apakah kaum muda Muslim yang dibesarkan di Amerika akan "melanjutkan memiliki hasrat yang sama ... keyakinan yang sama" tentang Islam ketika para orang tua imigran mereka telah tumbuh di negara-negara Muslim.

Seorang moderator konferensi, Maqsood Ahmed, mengatakan bahwa ia "lebih optimis" tentang kekhawatiran semacam itu.

"Tidak ada keraguan adanya tantangan-tantangan, namun tantangan tersebut menghadirkan kesempatan-kesempatan," ia mengatakan. (ppt/cj) www.suaramedia.com

0 komentar:

Posting Komentar