ISLAMABAD (Berita SuaraMedia) – Komite Gabungan Kepala Staf Pakistan (JCSC) secara langsung menepis komentar-komentar kecaman Washington terhadap upaya kontraterorisme yang dilakukan militer Pakistan dan mengatakan bahwa pihaknya sepenuhnya memercayakan strategi melawan militansi kepada militer.
Lembaga koordinasi militer tertinggi Pakistan tersebut berfokus pada buruknya hubungan militer dan intelijen dengan Amerika Serikat, khususnya dalam konteks laporan Gedung Putih baru-baru ini yang mengkritik serangan militer Pakistan terhadap Taliban di kawasan suku dan pernyataan Kepala Staf Gabungan AS Laksamana Mike Mullen yang menuding dinas intelijen Pakistan, Inter-Services Intelligence (ISI) punya keterkaitan dengan jaringan Haqqani.
Pertemuan tersebut dipimpin oleh ketua JCSC Jenderal Khalid Shameem Wynne dan turut dihadiri oleh Panglima Angkatan Darat Jenderal Ashfaq Parvez Kayani, Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Noman Basshir, Kepala Staf Angkatan Laut Marsekal Rao Qamar Suleman, Direktur Jenderal ISI Letnan Jenderal Shuja Pasha, serta sejumlah petinggi militer lainnya.
Para komandan dan personel intelijen Pakistan dibuat geram dengan tudingan Laksamana Mullen menyusul laporan dari media-media Barat bahwa para pejabat AS di Teluk Guantanamo menganggap ISI sebagai organisasi teroris meski tidak memperlihatkan sentimen mereka kepada umum, demikian dilansir Dawn.
Kehadiran Letnan Jenderal Pasha, yang bukan anggota reguler komite tersebut, merupakan indikasi jelas mengenai topik apa yang mendominasi pembicaraan.
Kepada para peserta yang hadir, pemimpin ISI tersebut kabarnya membicarakan mengenai dialognya dengan Direktur CIA Leon Panetta di Washington beberapa waktu lalu untuk menyelesaikan perbedaan antara dinas intelijen kedua negara.
Dalam pernyataan yang diberikan setelah pertemuan, ketua JCSC disebut "memperlihatkan kepuasan penuh terhadap kesiapan operasional dan strategi menyeluruh yang diikuti angkatan bersenjata untuk memerangi ancaman terorisme."
Dari pernyataan tersebut, sudah jelas bahwa Jenderal Wynne menanggapi mengenai tudingan Gedung Putih yang terbaru, yang menyebut Pakistan tak punya strategi yang jelas dalam memerangi pemberontakan dan menuding militer Pakistan tidak mampu "mempertahankan dan membangun" kawasan-kawasan yang sudah dibersihkan dari militan.
Kepada para peserta, Jenderal Kayani mengatakan mengenai hasil pembicaraannya dengan Komandan Komando Sentral AS, Jenderal James Mattis, Laksamana Mullen, Kepala Staf Angkatan Darat AS Jenderal Dempsey, dan Komandan ISAF Jenderal Petraeus mengenai berbagai rintangan dalam hubungan tersebut. Pertemuan itu juga membahas mengenai operasi militer di kawasan suku.
Dalam parade kelulusan Akademi Militer Pakistan pekan lalu, Jenderal Kayani mengatakan bahwa tulang punggung militan di sepanjang kawasan perbatasan telah dipatahkan.
"Dalam forum itu, dibahas mengenai kemenangan nasional dan regional serta tantangan yang dihadapi oleh Pakistan," katanya.
Sebelumnya, pemerintah Amerika Serikat menyebut dinas intelijen Pakistan, Inter-Services Intelligence (ISI), sebagai organisasi teroris. Hal itu terungkap dalam dokumen-dokumen rahasia untuk para juru interogasi di Teluk Guantanamo.
Rekomendasi yang diberikan kepada para juru interogasi di Teluk Guantanamo menempatkan ISI bersama dengan al-Qaeda, Hamas, dan Hizbullah di Libanon yang dianggap sebagai ancaman, demikian dilaporkan Guardian.
Dokumen itu menambahkan, hal itu merupakan indikasi bahwa ISI dianggap melakukan aktivitas terorisme atau pemberontakan.
"Jika dikait-kaitkan dengan organisasi-organisasi tersebut, seorang tahanan mungkin telah memberikan dukungan terhadap al-Qaeda atau Taliban, atau terlibat perlawanan terhadap AS atau pasukan koalisi (di Afghanistan)," demikian isi dokumen berjudul Kelompok Kerja Gabungan Guantanamo, Indikator Matriks Ancaman Musuh tertanggal September 2007 tersebut seperti dikutip Guardian. (dn/nk/dn/sm) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar