BEIJING (Berita SuaraMedia) – Garis China yang semakin keras terhadap para pembangkang menimbulkan pemikiran bahwa China sedang tidak berada dalam suasana hati yang bagus untuk membungkuk kepada tuntutan AS untuk memperlunak pendekatannya ketika keduanya memulai pembicaraan tentang hak asasi manusia pada hari Rabu.
Para analis mengatakan bahwa teluk antara kedua pihak khususnya nampak dalam menjelang dialog hak asasi manusia tahunan AS-China, dengan Beijing merasa tegang terhadap kerusuhan sosial dan Washington menyuarakan lebih banyak vokal dalam kritisinya.
"Ini adalah pertama kalinya dialog hak asasi manusia akan diadakan di dalam sebuah lingkungan yang buruk begini," ujar Sophie Richardson, Direktur Badan Pengawas Hak Asasi Manusia China, sebuah kelompok advokasi berbasis di AS.
Washington muncul menusuk sebelum pembicaraan dua hari tersebut, mengatakan bahwa pihaknya akan menggunakan mereka untuk menekan Beijing atas sebuah "tren negatif penghilangan paksa, penahanan ekstralegal, dan penahanan dan pendakwaan" para pembangkang dan hak-hak advokasi.
Namun Beijing nampaknya melihat alasan yang tidak cukup untuk memperhatikan seruan semacam itu, percaya bahwa pertumbuhan ekonominya dan membengkaknya pasukan keamanan domestik dapat mengatasi tuntutan eksternal dan domestik untuk membebaskan para tahanan politik dan memperbolehkan lebih banyak kebebasan bericara.
"Sejujurnya, menjadi penceramah desa – meskipun faktanya bahwa itulah sifat dasar kita dan itulah siapa kita (sebagai warga Amerika) – pada khususnya bukan cara yang efektif untuk mengubah kebijakan atau mengubah sikap kebijakan di Beijing," ujar Charles Freeman, seorang pakar tentang China di Pusat untuk Strategi dan Studi Internasional, sebuah think tank di Washington.
Para pemimpin China semakin keras hati di dalam menghadapi tekanan Barat, namun juga kahawatir tentang apa yang mereka lihat sebagai pembangkang yang terinspirasi oleh orang asing dan subversi.
Peringatan tersebut hanya tumbuh setelah website luar negeri China pada bulan Februari menyebarkan seruan untuk protes di seluruh negeri yang terinspirasi oleh "Revolusi Melati" kerusuhan anti-otoriter di seluruh dunia Arab.
Sebuah suksesi kepemimpinan partai pada akhir tahun 2012 juga mendorong China untuk tetap menjaga sebuah cengkraman keras kepada pembangkang.
China telah memenjarakan, menahan atau menempatkan di dalam tawanan tidak resmi rahasia belasan pembangkang, para pengacara hak asasi manusia dan para pemrotes yang takut akan mengubah Partai berkuasa, Partai Komunis.
Para pembangkang tersebut termasuk seniman-aktivis Ai Weiwei, yang menghadapi sebuah penyelidikan kepolisian atas kejahatan ekomomi yang keluarganya telah sebut sebuah alasan yang tak mendasar untuk menguncinya.
Pasukan keamanan China juga telah menjepit pada sebuah daerah Tibet barat daya China di mana para biarawan Budha telah dijauhkan untuk kewajiban "pendidikan kembali".
Bagaimanapun juga, pengawasan dan kritisi dari Washingtin dan ibukota lainnya dapat mendesak Beijing dan memberikan lebih banyak ruang untuk kelompok domestik dan advokasi untuk berkampanye, kata Mao Yushi, seorang ekonom limberal di Beijing yang mendukung reformasi demokrasi.
"Terutama di dalam sebuah lingkungan politik seperti China, kekuatan dari dalam negara tersebut menyerukan hak asasi manusia memenuhi dengan berbagai bentuk penindasan," Mao mengatakan kepada kantor berita Reuters.
"Kritisi Asing sangat penting untuk perkembangan hak asasi manusia di China. Sehingga dua kekuatan tersebut harus dipadukan untuk mendorong situasi hak asasi manusia di China."
"Akan ada sebuah pesan kuat yang disampaikan dengan tertutup," seorang pejabat AS mengatakan tentang pembicaraan hak asasi manusia yang akan dipimpin pada sisi AS oleh Asisten Sekretaris untuk Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Buruh Michael Posner.
Pejabat yang berbicara dalam kondisi anonim, mengatakan bahwa Pemerintahan Obama juga telah mengambil sebuah pendirian publik yang tegas terhadap permasalahan hak-hak China.
"Kami memiliki kepentingan ekonomi dan politik lain yang tertunda, tidak ada keraguan. Namun permasalahan ini membuat pembicaraan kita menjadi lebih sulit," Posner mengatakan kepada para reporter awal bulan ini.
Beijing mengatakan bahwa banyak dari kritisi tersebut mempertimbangkan dan menunjuk pada kontroversi hak asasi manusia AS sendiri seperti tingginya peringkat penahanan.
Bahkan di dalam pembahasan swasta, para diplomat China telah menjadi lebih berduri tentang melobi tentang hak asasi manusia, kata satu diplomat Barat di Beijing.
"Biasanya peningkatan permasalah ini akan membuat Anda mendapatkan sebauh ceramah tentang bagaimana China telah membuat perkembangan besar dan harus membuat lebih banyak perkembangan," kata diplomat tersebut.
"Namun sekarang ceramah tersebut jauh lebih tentang 'Siapa Anda mengkritis saya? Punya hak apa mengkritisi China?" (ppt/dw) www.suaramedia.com
0 komentar:
Posting Komentar